Pernah dengar tentang merienda? Merienda adalah istilah orang Filipina untuk menyebut cemilan. Istilah merienda sendiri diadaptasi dari bahasa Spanyol. Maklum, negara tersebut memang pernah menjajah Filipina. Merienda biasa disantap warga Filipina pada siang atau sore hari. Bila makanan ringan disajikan menjelang makan malam, maka sebutannya merienda cena.
Variasi merienda di Filipina ternyata sangat beragam dan unik, terutama yang dijajakan di kedai kaki lima pinggir jalan. Ada yang memiliki kesamaan dengan kuliner Indonesia dan negara Asia Tenggara lainnya, ada pula yang termasuk ekstrem seperti embrio bebek rebus dan darah ayam panggang. Penasaran? Ini dia sepuluh di antaranya yang kami rangkum dari Philippine Country dan When In Manila.
 |
Banana-Que atau Banana-Q |
Jajanan pinggir jalan yang sangat mudah ditemui di Filipina pada sore hari. Terbuat dari pisang lokal yang disebut saba, dibalut dengan gula kemudian digoreng. Karena penyajiannya menggunakan tusukan seperti barbeque maka disebut Banana-Que. Kadang juga menyediakan potongan ubi sebagai pengganti pisang. Barbeque manis ala Filipina ini biasanya disantap oleh penduduk setempat pada sore menjelang malam.
 |
Kwek Kwek |
Kwek-kwek juga termasuk merienda yang sangat mudah ditemui di kaki lima Filipina. Makanan ini terbuat dari telur bebek yang direbus, kemudian dibalut tepung berwarna oranye dan digoreng hingga renyah. Versi lain dari makanan ini adalah tokneneng. Cara membuatnya sama dengan kwek-kwek, hanya saja terbaut tokneneng terbuat dari telur ayam. Makanan ini bisa dibeli di geroba kaki lima yang biasa mangkal di dekat sekolah-sekolah.
 |
Betamax |
Anda yang lahir di tahun 80-an mungkin masih ingat dengan Betamax, kaset tape yang populer di tahun 90-an, jauh sebelum iPod dan DVD muncul. Di Filipina Betamax juga dikenal sebagai nama merienda. Jajanan ini diberi nama Betamax karena be tuknya yang pipih, persegi panjang, dan berwarna hitam tampak mirip dengan kepingan kaset rekaman tersebut.
Betamax terbuat dari darah ayam yang dibekukan, seperti didih yang ada di Indonesia. Darah ayam beku ini kemudian dipotong kotak-kotak, ditusuk dengan lidi yang terbuat dari bambu kemudian dipanggang di atas arang. Meskipun terdengar agak menjijikkan, konon rasanya seperti daging ayam.
 |
Taho |
Dari namanya saja sudah bisa ditebak kalau jajanan yang satu ini terbuat dari tahu. Tahoo adalah minuman segar ala Filipina yang terbuat dari tahu sutera. Panganan manis ini disajikan hangat-hangat pada sore hari. Penjual taho biasanya menjajakan dagangannya dengan pikulan.
Penyajian taho sangat sederhana. Potongan tahu sutera yang lembut disajikan dalam gelas besar, kemudian ditaburi mutiara yang terbuat dari tepung sagu, dan disiram sirup gula merah. Panganan manis ini disajikan hangat-hangat pada sore hari.
 |
Isaw atau Esaw |
Kalau jajanan yang satu ini sepetinya tidak akan terasa asing di lidah orang Indonesia. Isaw adalah sebutan orang Filipina untuk sate usus. Usus ayam yang sudah dicuci dan dibersihkan direbus untuk menghilangkan bakteri yang menempel. Kemudian disajikan bersama saus pedas atau manis. Kadang ada juga yang menyantapnya dengan siraman cuka.
 |
Balut |
Kalau dilihat sepintas makanan ini memang tampak tidak menggugah selera. Tetapi warga Filipina sangat menyukainya. Namanya adalah balut, telur yang berisi embrio bebek. Telur berisi embrio bebek direbus hingga matang. Jika sudah matang, belah telurnya, taburi dengan sedikit garam lalu makan utuh-utuh.
Makanan ini pernah dijadikan tantangan makanan ekstrem di salah satu episode reality show Fear Factor, lho. Para wisatawan dari Amerika dan Eropa biasanya memang tidak mau mencoba makanan ini. Tetapi cukup banyak juga petualang kuliner ekstrem yang menganggap makanan ini lezat dan unik.
 |
Binatog |
Binatog termasuk jajanan tradisional Filipina yang pembuatannya cukup mudah. Terbuat dari jagung pipil yang dikukus sampai berwarna putih, kemudian disajikan dengan parutan kelapa. Di atasnya ditaburi gula atau garam. Kalau Anda perhatikan gambar di atas, makanan ini memang mirip seperti bledhus, jajanan khas Jawa yang sampai sekarang masih bisa ditemui di pasar-pasar tradisional.